Kamis, 22 Mei 2014

SIBUTUT TANGGUH KU

Motor tua ku, motor keluaran Honda dengan tipe CB 100 (K5) dengan tahun perakitan 1981. Awalnya motor ini kami miliki, beli dari seorang tentara pada oktober 1985 oleh papa, tepat nya saat aku masih berusia 6 bulan. Dan motor ini adalah benda pembelian pertama papa untuk keluarga kecilnya.
Motor ini memiliki banyak cerita dalam kehidupan keluarga ku. Karena motor butut itulah Papa Mama ku bisa masuk kantor tepat waktu, serta aku dan dua adik ku sampai ke sekolah tepat waktu. Ya, motor ini setiap paginya membawa lima orang. Hahahahaaa...
Begitulah hari demi hari dilalui oleh motor butut milik papa. Beban motor itu berkurang semenjak aku kelas 4 SD, dimana aku telah pergi ke sekolah dengan sepeda. Tapi mama dan dua adik ku tetap dempet-dempetan di pundak motor butut itu.
Ada banyak teman-temanku yang menertawakan melihat muatan motor tersebut, maklumlah memang terlihat kurang logis.
Dan motor itu juga mengguratkan beberapa kenangan tentang nenek mamaku yang sangat sayang padaku. Beberapa kali aku pergi bersama buyut ku itu dengan diantar papa ke kampung, kampung buyutku di Situjuh tidak terlalu jauh siyh dari tempat tinggal kami, dan buyutku sebenarnya sudah lama menetap di tempat kediaman kami sekarang, konon katanya sudah semenjak ia remaja, bersama saudara laki-lakinya. Dan suatu kali buyutku terjatuh dari motor saat hampir sampai di Situjuh, untung saja beliau tidak apa-apa. Dan saya akui beliau memang wanita super, meski sudah cukup tua untuk terjatuh dengan kepala terbentur ke jalan.
Yah buyutku wanita tahan banting, dan ia sudah terbiasa dengan rasa sakit sehingga ia tak pernah mengeluh sakit. Mungkin cerita tentang buyutku akan kutulis secara khusus karena cukup panjang.
Kembali pada motor butut ku, adik perempuanku sangat lama tergantung dengan si butut, Bahkan saat ia sekolah di SMK diantar jemput dengan motor itu. Bahkan ia sering menolak saat aku menawarkan menjemputnya dengan motor yang lain. Ternyata motor butut itu telah mencuri hatinya. Hahahahaha..
Dan beberapa tahun terakhir motor tersebut telah tidur cukup lama dalam gudang, Karena sekarang papa sudah punya motor dinas dan mobil, aku punya motor sendiri dan adik perempuanku juga dibelikan sepeda motor. Dan karena tidak terpakai, terbersit oleh papa keinginan untuk menjualnya. Untung papa cukup demokratis dan bertanya pada anak-anaknya, dan tak satupun dari kami yang setuju terutama adik bungsu ku, yang memang tidak di belikan motor karena masih kuliah di kota Malang.
Akhirnya, akhir 2013 saya putuskan memperbaiki motor tersebut dan di modifikasi lumayan banyak. Dan sekarang motor tua itu bergaya "Jap Style" masalah mesin sepertinya mendekati rampung meski pengapian belum diganti CDI (masih platina). Tapi cukup sehat untuk berjalan seharian. Ini terbukti saat aku melakukan penelitian ke kota Solok, jarak tempuh hariannya berkisar 140 KM per hari (Padang-Solok-Padang) selama 3 hari berturut-turut. Dan hari ke empat kira-kira 170 KM dalam sehari (Padang-Solok-Payakumbuh). Yang terakhir hari ini, dengan jarak tempuh 210 KM dalam sehari (Payakumbuh-Solok-Payakumbuh) ia tetap tidak bermasalah selama perjalanan ku. Aku bangga dengan motor bututku.
Sementara masalah fisik, mungkin tinggal di masalah cat. Belum terlintas seperti apa harus di buat, agar terlihat lebih bersih dan memukau.

Senin, 07 April 2014

Masih ada.. (Aku, kamu, dan dia)

Aku masih memikirkanmu, ya benar. Tak kuasa ku pungkiri perasaan ku terhadapmu, mungkin benar aku telah buta oleh cinta. Dan kini aku sakit, setiap saat kenangan kita menyesakkanku. Tapi apa daya, kini kau telah dengan nya dan mungkin ia lebih mampu memberimu bahagia. Sementara aku hanyalah sekilas cerita bagimu. Entah ini hanya sentimen pribadiku, atau memang seperti itu kenyataannya? Aku tak pernah dapat jawaban yang pasti.

Aku tak menyesali segala yang pernah terjadi, dan aku tahu resiko terluka selalu ada saat bermain pisau. Begitupun dengan cinta dan harapan. Aku pernah membaca sebuah filsafat kuno Latin "Si Vis Pacem Para Bellum" (Jika kita menginginkan kedamaian, persiapkan diri untuk perang). Makna yang ku tangkap dan ku pahami tentang filosopi ini sederhana, jika berharap persiapkan diri untuk kecewa. Setiap keputusan yang kita ambil, pikirkan peluang terburuknya. Dan kini kemungkinan terburuk yang ku perkirakan muncul, saat kini kau telah dengan nya. Seakan semua yang terjadi tak berharga bagi mu, tapi saat kita tak saling mengingat itulah saat paling menyakitkan. Semoga bahagia "kunang" dan kuharap tak ada kecewa yg kau terima darinya. Aku disini tak rela kau tersakiti, cukup aku yang terluka oleh pisau yang kuasah dan ku mainkan. Karena semua ini aku yang memulai, aku yang menginginkan, maka konsekwensinya aku yang menerima.

Maaf atas segala kekuranganku, sikap burukku, dan egoku.

Kamis, 13 Maret 2014

Tanya untuk diri sendiri

Sebuah tanya masihkah mungkin ku ungkapkan? Tentang apa yang terasa, tentang apa yang pernah saling berbagi. Tentang hari yang pernah terlewati dan mengukir cerita yang berat untuk di lupakan.
Adakah rasa itu benar pernah disana, di dalam dirimu terdalam? Atau sebuah bentuk terimakasih saja? Aku tak butuh rasa terimakasih, aku inginkan sebuah ketulusan. Bukan untuk balas budi saja, aku ikhlaselakukan segalanya untuk mu. Aku hanya berharap usahaku membuatmu mencintaiku dengan tulus, bukan harus membalasnya dengan sebuah cerita cinta yang palsu. Aku akan selalu ada untuk mu. Kini meskipun kau menjauh dari hidupku, aku takkan pernah melupakan mu. Semua do'a ku masih selalu terselip namamu. Ah,, apa aku terlalu di butakan cinta, atau kau mencoba mengingkari apa yang sebenarnya terasa? Aku tak ingin tau jawabannya, pertanyaan itu akan ku simpan dan biarkan hilang dalam keraguan ku. Dan berharap semua indah pada waktunya. Aku mungkin tak seperti lelaki yang kamu harapkan, tapi tak ada yang sempurna di dunia ini. Teruslah mencari sampai jau sadari aku tak sendiri dengan ketidak sempurnaan ku. Jika memang masih ada jalan kembali, aku masih disini. Entah menunggu mu atau menunggu mati. Yang pasti aku yakin dengan apa yang kurasa dan yang ingin ku berikan untukmu.

Tapi kini hanya bisa pasrah pada keadaan. Menunggu waktu yang menentukan titahNya.

Hidup itu menuju mati..

Seorang dosen telah menutup catatan duniawinya, duka dalam kini kian terasa bagi kami yang pernah mengenyam pelajaran dari beliau. Yah, seorang dosen yang baik dan bersahaja. Pribadi yang lembut dan memiliki sikap terbuka. Kadang maut tak bisa kita prediksi rupa kedatangannya, sebuah kecelakaan telah menjadi wujud maut siang ini di kota padang. Ia menjalankan tugas dari Tuhannya, pada seorang makhluk ciptaan tuhan yang sama. Selamat jalan pak dosen tercinta, selamat jalan sahabat diskusi, selamat jalan pak Yopi Fertian. Semoga segala yang engkau persembahkan di catat sebagai amal baik dasisi Tuhan-mu dan di berikan balasan sesuai janji-janjiNya. Kami pernah bersuka bersama, kini pun kami berduka. Tapi kami harus tetap berjuang untuk kesempatan yang masih kami punya. Rest in Peace...!!

Jumat, 28 Februari 2014

Berat

Hari kini teras amat berat untuk ku lalui. Aku tahu, ada seseorang disana telah mencuri perhatian mu. Aku tahu semua bukan tentang perasaan mu pada ku, tapi perasaan mu pada orang lain. Semoga ia mampu memberikan apa yang tak mampu ku penuhi dari mu. Tak tahu rasanya sekarang seperti apa hati ini. Tapi aku akan selalu disini, ditempat kau meninggalkan ku. Aku takkan beranjak meski selangkah. Pilihanku tinggal dua, terpuruk disini dan kau kembali kesini. Aku tak kuasa memungkiri aku sangat mengharapkanmu, tapi aku tak kuasa melawan lingkaran mu. Segala yang berada di sekelilingmu, dan sekelilingku seakan sebuah medan magnet satu kutub. Berat untukku memasuki medan itu, makanya aku hanya bertahan disini meski harus terkubur dan hilang.

Kamis, 13 Februari 2014

"Aku tak pernah menilai mu"

Mungkin, berbagai pertimbangan negatif pernah berseliweran dan berlari bergantian d kepalaku. Tapi jujur saja aku tak menghiraukan segala pikiran negatif ku. Tapi tak kusadari prilaku negatif malah tertuang dalam sikapku. Aku jadi terobsesi dan menganggap kau miliku seutuhnya, dan itu membuat mu tertekan. Maaf atas sikap ku, yang terlihat seperti kanak-kanak.
Semoga, akan ada waktu yang berpihak mendewasakan aku di saat kau benar-benar bersedia membuka pintu hati. Dan kau tahu, jika memang itu terjadi hanya kau yang tahu dimana pintu hati ku akan ku taruh.

"Ingatlah, waktu bersama tertawa bahagia. Ingatkah waktu terluka dan menangis."

Terimakasih atas kisah singkat ini. Dan aku terlalu naif menganggap semua ini hanyalah kasih sayang serta buayan nafsu sesaat.

Rabu, 05 Februari 2014

Life told about problems

You wasn't wait for a safe moment to feel happy. Just try to receive and enjoyed for everything. Did you think when you stop for judge you will die? No, live without judge for everything, make you feel alright. When you can do that, you will be happy. And than, you'll try more level to be happier with forgive for everything. But, the highest level when you can to love for everythings. When you can touch that's level you are the most happiest people. When you love for everythings did you want to hurt for someone else? No one will be hurt with your self, and then everyone around you felt happy and they will love you. So, aren't thats make happiest?
Just enjoy for everything will be, and let it be. Just thanks to god for any problems and grace.
"Because life will be perfect when you find both of them".

Mencoba Positif Tinking

Sebenernya jarak yang memaksa otak ku berfikir sesuatu yang buruk. Dan beberapa waktu terlintas juga pemikiran positif. Kini keduanya jadi perdebatan hebat dalam kepala ini. Beberapa alasan logis mulai berlarian di kepala mengusiri segala gundah.
Ya, aku harus lebih berfikir positif. Dia tak akan apa-apa, dia akan baik2 saja di sana. Dia hanya butuh waktu untuk berfikir dan mencari peluangnya di sana. Aku harus lebih bersabar karena aku yang berkeras tetap melanjutkan hubungan ini meski awalnya kita tak bersepakat. Tapi kini kerisauanku akan ku tepikan, dan mulai belajar lebih sabar dalam menghadapi kerinduanku. Dan semoga senantiasa diberikan jalan untuk menjadi lebih sabar. Aku akan selalu berdoa untuk mu.

Selasa, 04 Februari 2014

Ku rindu kunang-kunang ku.

Jarak kini telah memisahkan kita, dan aku masih saja tertahan di kota ini. Tempat indah yang memberikan kesempatan untuk dekat dengan mu. Yah,, kini kota ini sangat menyiksaku. Aku berasa dalam sebuah labirin besar, tak tahu kemana jalan pulangnya. Aku terjebak dalam segala gelisah yang tak beralasan. Apa ini karena cinta yang berlebihan, atau hanya keinginan yang menguasai? Aku bingung menjawabnya, aku tak bisa berikan jawaban yang tepat karena logika dan hati ku berjalan menurut keyakinan mereka masing-masing.
Memang benar, kisah ini antara aku dan kamu. Dan yang tahu segalanya tentang hubungan ini kita berdua, dan kita berdua yang akan mencari pemecahan permasalahan kita. Aku harap kita bisa untuk semakin dewasa dalam tempaan ujian jarak dan waktu. Segalanya ku serahkan pada-Nya, yang telah hadirkan rasa ini untuk kita. Semoga kita diberikan segala yang terbaik untuk kita menurut-Nya.
Dan kepada kunang-kunang yang beberapakali terlibat dalam cerita harian kita bebarapa waktu lalu, aku merindukan kalian. Aku rindu akan kilau kalian memukau perhatian kami yang sedang sibuk menikmati kemesraan kami. Aku rindu saat kau peluk aku di atas sepeda motor, dan disisi jalan terlihat kawanan kunang-kunang beterbangan rendah di sela rerumputan.

Apakah perhatianku salah?

Aku tak berniat mengatur bahkan menghambat langkahmu, disini atau dimanapun kamu berada. Aku percaya kalau kamu bisa menjaga dirimu sendiri, tapi aku hanya mencoba memberikan perhatian. Mencoba untuk menunjukkan kepedulianku pada dirimu, karena aku amat menyayangi mu.
Entah apa yang ada di pikiranku saat segalanya dikuasai perasaan khawatir, was-was dan kecemasan. Cemas akan sesuatu hal buruk bisa saja terjadi, tapi itu kecemasan yang kurasa wajar. Jika memang kamu anggap itu berlebihan, tapi pernahkah kamu berfikir segala kemungkinan itu ada?
Aku ini hanyalah perhatian yang membebanimu. Mungkin begitulah yang ku tangkap dari makna semua ini. Maaf kan aku jika memang aku salah, tapi coba sedikit berikan waktu untuk berfikir seperti apa kegelisahanku itu menyesakkan dada ku.

Aku gelisah dan takut kehilangan wanita penuh arti dalam hidupku. Meski ku tak tahu seberapa berartinya aku bagi mu.

Lebih baik ku tulis saja

Semua kerinduan, biar kutuang di sini agar dapat ku katakan lepas tanpa ku takut berbohong pada hati ku. Kadang rindu itu menyiksa, tapi aku telah memilih untuk maju dan tidak akan melepaskan segala pilihan ku. Ini bukan sekedar sebuah cinta, tapi jauh dari itu semua ini adalah pilihan masa depanku. Memilihmu adalah keputusan yang sudah ku fikirkan dengan pertimbangan dan kebijaksanaan semampuku. Ya, aku tak takut pada segala resiko besar di depanku karna ku yakin semakin banyak ketakutan menghantuiku maka semakin sempit peluangku untuk berbuat segala yang terbaik dari diriku.
Aku pernah menyiakan sesuatu dimasa silamku, sebuah peesiapan masa depan yang telah kuabaikan. Saat ini, adalah kesempatan terakhirku untuk memperbaiki segala dosa ku pada diriku sendiri. Aku berjuang untuk membuktikan pada dunia, mereka salah menilaiku. Dan wanita yang menyadarkan ku lah, seorang yang harus aku perjuangkan.
Kini sulit untuk memperjuangkan segalanya secara bersamaan. Kami terpisahkan jarak yang jauh, tapi ia tetap mendukungku begitupun sebaliknya. Saat ini aku akan menyelesaikan kesalahan masa laluku, dan ia mempersiapkan dirinya di tempat yang jauh dari keberadaan ku.
Rindu, dan kerinduan senantiasa membelai dan mengerogoti palung jiwa. Tapi aku akan memilih menyelesaikan segalanya lebih cepat, agar segala kerinduan dapat terobati. Dan memang itulah satu-satunya cara agar akupun tak kehilangan nya untuk waktu yang lebih lama.

Kertas, kutulis semua untuk ia yang amat berarti dalam hidupku kini dan yang akan datang.

Kepada para Kunang-kunang

Kunang, aku tak tahu seberapa besar rasa ini untuknya. Aku hanya tau kalau saat ini dialah yang ada difikiranku. Aku rindu kunang, aku rindu berada di sampingnya. Aku tak tahu cara apa yang akan ku lakukan untuk mengobati kerisauan dalam kalbu ku. Aku merasa saat ini aku tak berarti sedikitpun baginya, dan ada saat logika ku mampu menenangkan gundah dengan prasangka yang lebih baik "ia sedang berusaha mencari kerja". Hanya kalian yang kuberitahu tentang apa yang ku rasakan, dan kuharap kalian bisa menjaga rahasia kami. Aku takut untuk membebaninya dengan pertanyaan ku, ajari aku arti kesabaran kunang! Seperti kalian bersabar menunggu hujan turun dan gelap datang. Sehingga kilau yang kalian simpan dapat terlihat oleh dunia. Datanglah ke dalam mimpinya, dan bisikkan bahwa "Aku rindu, dan aku mencintainya. Aku takut kehilangannya, dan aku sangat ingin menghabiskan sisa hidupku bersamanya!".
Kunang, kalian pernah saksikan kami berdua. Kalian juga pernah hiasi saat-saat indah itu. Aku berharap kalian masih akan mengajarkan kami untuk makna kesabaran, serta kesetiaan. Kunang, titip dia yang kusayang!

Selasa, 21 Januari 2014

Anugrah Terindah

Kau adalah anugrah terindah yang pernah aku miliki, dan aku akan menjaga dan memperjuangkan mu. Aku tak kan pernah menyia-nyiakan mu, karna aku cinta kamu.

Segalanya akan indah pada waktunya.

Senin, 20 Januari 2014

Sunset Indah Kota Padang

Senin subuh 20 Januari 2014 aku terbangun lebih awal, tampa bisa tidur lagi. Yah, waktu masih menunjukkan pukul 04:35 WIB aku tak bisa lagi untuk tertidur. Meski sebenarnya aku masih mengantuk, gelisah rasa takut kehilangan dan antusias kamu akan memulai sesuatu yang baru. Benar, ini adalah hari terakhir bersamamu di kota ini - kota kita. "Yank,,, aku gelisah..!!" desis ku lirih pada foto mu. Tapi akal ku memaksa agar aku tetap tenang dan sabar untuk ujian ini, aku tak ingin terlihat sedih melepas mu berjuang karna akal ku meyakinkan kepergian ini hanya sementara. Dan bila waktu nya kita akan kembali bersama, melalui suka duka berdua. Mungkin di kota kita, atau juga kota itu. Subuh itu, aku shalat dulu agar aku tambah tenang berhadapan situasi sulit ini. Setelah bercerita tentang rasa ku dan juga asa ku pada "sang pemilik segala" aku sedikit lebih santai. Aku awali pagi terakhir dengan sedikit sarapan, lalu bergegas mandi dan mengantar mama pergi ke kantor dan langsung menuju rumah mu. Karena aku berjanji untuk mengantar keberangkatan mu ke bandara. Yah, Bandara Internasional Minangkabau. Bandara kebanggaan "urang awak" dan satu-satunya bandara umum di daerah kita. Yah, kusadari hatimu tak enak saat kamu sarapan pagi itu di sampingku. Dua potongan kecil lontong tak sanggup lagi kamu habiskan, dan kulihat berbagai kegalauan di matamu. Aku sedih, tapi tak ingin ku perlihatkan padamu dan aku mencoba menghiburmu dengan membuat keceriaan di wajah mu.
Aku tak mau memaksamu untuk makan lebih banyak, karena ku tahu rasanya sangat perih harus pergi jauh meninggalkan orang tua, abang serta adik-adik mu. Sayang,, aku ingin kamu memulai dengan senyuman termanismu. Aku tak ingin kesedihan menghambat semangat juangmu di sana, di negeri orang. Aku rela, jika harus bertarung dengan kerinduan yang akan menghantuiku. Aku rela tak sanggup menghapus keringatmu saat berjuang. Semua ini awalnya, dan kamu harus semangat berjuang, di sini aku pun akan berjuang memenuhi apa yang kamu minta seraya tetap setia menjaga cinta kita dan mendo'akan segala yang terbaik untuk mu.
Setelah perjalanan yang lumayan melelahkan, karena harus berputar jalan akibat macet akhirnya kita sampai di kota Padang tepat waktu, sehingga ada waktu untuk berjumpa kedua adik mu yang salah satunya berulang tahun hari ini. Dan ia juga berkesempatan mengantarmu ke bandara. Aku terenyuh saat kita memasuki lingkungan bandara, kegundahan subuh tadi kembali mengusik akal sehatku. Sebakpun menggelayuti segalanya, aku tak lagi bisa berdamai dengan kesedihanku. Terutama saat kamu telah memasuki ruang check in. Meski ada adik perempuanmu bersamaku, tetap saja aku tak sanggup menahan getaran kesedihanku. Itu jelas terlihat dari getar suaraku yang seakan mengisak. Tapi aku tahan air mata itu tetap dalam mataku. Nanti pada saatnya akan ku tumpahkan dalam pelukanmu.
"Yank,,, baik-baik di sana.. Jangan nakal.. Jaga hati,, jaga cinta kita....!! Uda sayang Awen..!!" bisikku pada mu pelan, karena aku berusaha sembunyikan lirih hati ku. Kamu pun berujar "hu uh.. Insyaallah... Yank do'ain awen ya...!!" lalu berjalan masuk dan berkata "Dadah FANDRA...!!". Aku pun melambaikan tanganku, sambil tersenyum meski sebuah senyum yang ku paksakan.
Sebenarnya aku tak kuasa untuk menyaksikan pesawat yang akan membawamu ke rantau orang meninggalkan tanah minang, karena aku ragu ketegaranku menyaksikannya. Beberapa kali aku mengantar orang terdekatku ke bandara, semua berujung pada jatuhnya air mata ku. Adik kandung serta sepupuku pernah memaksa air mata ku menitik. Tapi aku paksakan untuk melihat keberangkatan tumpangan mu. Saat pesawatmu tinggal landas, saat itu ku lambaikan tangan ku sembunyi-sembunyi dan berbisik dalam hati "Selamat jalan yank,, selamat berjuang,, semoga beruntung, dan kembali untukku..!!"
Sunset yang indah di kota Padang pun menjadi saksi awal perjalanan mu.
Aku sangat mencintai mu, makanya aku rela berpisah sementara waktu. Semoga kita tetap bisa bersama kembali. I LOVE YOU SO MUCH WENY MAIDWANTI..

Jumat, 17 Januari 2014

Seperti Rel Kereta

Aku mulai gelisah, mendengar cerita itu. Yah, cerita tentang rencana kepergianmu ke rantau demi mengadu untung juga sekaligus melepaskan kungkungan tempat ini. Disini kau terjerat kenyataan yang sangat susah untuk kau hadapi, semua pernah kau ungkap padaku. Dan hari itu, tepatnya pada hari minggu, kita berdua mencari tiket pesawat untuk keberangkatan mu. Aku tak tahu apa yang sedang kurasakan saat itu, segalanya berputar di sekitarku dengan amat cepat, makin lama makin menyiksa perasaan ku. Saat aku baru mulai merasakan bahagia bersamamu, serta saling berbagi sayang. Yah, baru beberapa saat ini aku merasakan kebahagiaan tak berbatas bersama mu, kini berganti ketakutan akan kehilangan mu untuk sementara waktu.
Sekelabat berbagai pikiran berlalu lalang di kepalaku. Sebagian mendukung keputusanmu, sebagian lain tak rela engkau pergi. Aku tak sanggup berjanji untuk membahagiakanmu, tapi aku berjanji melakukan segala yang terbaik untuk mu, untuk kita. Terkadang muncul kerelaan membiarkan mu pergi, karena aku percaya akan keseriaan mu jika aku bisa setia. Namun aku ragu saat kau selalu menghakimi dirimu sendiri, bahwa kau tak sanggup untuk berkomitmen saat jarak berjauhan. Aku sebenarnya juga sangsi dengan semua itu, tapi aku tak pernah ingin kau pergi dari hidupku. Meski akan berat jalani hari-hari dibalut kerinduan, tapi aku akan berjuang. Karna pada saatnya aku juga akan menyusulmu kesana. Sayang, maukah kamu untuk tetap berpegang tangan saat kita tak seiringan? Layaknya sepasang rel kereta api, meski tak bertemu mereka selalu menuju tempat yang sama serta kesetiaan untuk berdampingan.

Uda sayang Awen, uda ingin bersama awen dan mempeejuangkan segalanya. Karna awen adalah satu-satunya mimpi yang tersisa saat ini.

Jumat, 03 Januari 2014

Tentangku, tentangmu dan tentang kita. 2014

Hitungan hari tahun ini hanya tersisa beberapa hari saja. Tapi cerita tentang tahun baru sebenarnya tidak menarik bagiku. Aku lebih suka menikmati tahun baru dalam kesunyian, jauh dari hiruk pikuk suara ledakan petasan juga terasing dari riuh sorak sorai serta tiupan terompet yang sumbang di sekitar telingaku. Tepatnya aku tak mengharapkan adanya peringatan datangnya sebuah tahun baru, karena saat ku benar-benar sadar bahwa sebenarnya perayaan itu seperti menyorakkan hitungan mundur dalam kehidupan. Yah, tanpa kita sadari tahun baru telah memangkas sisa waktu kita d dunia ini. Tapi, tahun ini aku hilangkan semua pikiran tersebut. Dan secara iseng aku mengajakmu untuk menikmati perayaan tahun baru, yang pada akhirnya menjadi sebuah keinginan yang besar untuk menutup tahun ini dengan mu.
Saat keinginan itu makin besar, maka aku tak sadar kalau ternyata aku terkesan lebih memaksa mu, bukan mengajak. Mungkin benar saat itu aku kembali seperti anak usia belasan yang baru mengalami pubertas, tapi tak apalah yang penting aku bersama orang paling berharga di hidupku saat ini dan akan datang (semoga).
Dan saat hari terakhir tahun 2013 ini aku seperti mengalami kegalauan ala anak belasan tahun lagi, sikapmu penuh dengan tanda tanya. Pagi hingga siang sangat manis padaku, dan aku senang. Lalu beberapa hal di tempat kerjaku cukup membuat aku kesal, dan tentu saja di iringi kekesalan atas perubahan sikap mu. Yah, perubahan sikapmu dari sangat manis dan berubah menjadi seperti tak berminat menghabiskan momen pergantian tahun bersamaku, dan aku sedih. Sebelumnya aku tak pernah berharap untuk ikut terlibat perayaan tahun baru setelah beberapa tahun ini tak pernah ku ikuti lagi, tapi tiba-tiba saat ini aku berharap bisa ikut merayakan. Mungkin benar aku kasmaran, dan ingin menikmati segala hal bersama mu.
Setelah malam datang dan sedikit rengekan agar kamu mau melewati momen pergantian tahun bersamaku jadi kenyataan, kamu bersedia pergi bersamaku. Saat menjemputmu kerumah, ternyata kamu sengaja membuatku bingung dengan sikapmu sore harinya. Itu dapat ku tangkap dari kesiapan mu untuk pergi dan sedikit rengekanmu pada "ama" untuk dapat memaksa "ama" membiarkan kamu pergi menikmati perayaan tahun baru bersamaku. "thank's" gumamku dalam hati.
Waktu baru menunjukkan jam 9 malam, dan masih ada beberapa jam lagi menuju detik pergantian tahun. Aku mengajakmu kesebuah tempat ngopi di kota kita, dan aku membayar janjiku tentang sebuah tempat dimana kita bisa tertawa dan menangis atau apalah di tempat itu. Yah, sebuah meja di pojok jenjang rumah kopi tersebut pilihanku, jauh dari pengunjung lain dan suasana yang kuakui cukup romantis. Kita tertawa lepas disana dengan candaan sesuka hati kita, mengabaikan mereka yang berkeliaran lalu lalang di samping kita. Diantara mereka beberapa orang mengenali mu, dan kamu agak sedikit keki dengan hal itu. Tapi sepertinya itu tak mengurangi kesenangan mu malam itu, dan itu terpancar dari sorot matamu.
Saat mendekati waktu pergantian tahun mendekat, kita pun menuju pusat keramaian malam itu. Motorpun ku parkir lalu kita berjalan menembus sedikit kerumunan orang. Kamu menggandeng tanganku, dan saat itu aku merasa sangat amat bahagia. Beberapa foto serta beberapa menit rekaman pesta kembang api aku ambil, dan semuanya kamu. "Selamat tahun baru 2014, acuhkan segala caci dan gunjingan orang tentang ku, tentang mu, tentang kita. Karna yang benar-benar tahu tentang ku aku dan tentang mu kamu, tentang kita, sangat jelas kita berdua. Mari mulai sesuatu dari awal tahun ini. HAPPY NEW YEAR'S wen!"

"OJEK AKDP"

Yah,, boleh di bilang seperti itu. Seperti tertulis di dinding bus Antar Kota Dalam Provinsi. Perjalanan dimulai sore minggu bertepatan dengan hari ibu. Lupakan hari ibu, kembali ke topik utama.
Dengan waktu persiapan yang mepet, karena motor yang belum ganti oli, serta tongkrongan yang racing lengkap knalpot racing. Maka aku pun buru-buru mengganti knalpot dan oli. Memang, agak molor siyh persiapannya.
Dan perjalanan pun kita mulai dari rumah mu. Kita mulai sedikit ceria menuju kota yang memang memiliki cerita bagi kita masing-masing. Tapi kini kita berdua, dengan harapan sesuatu yang lain. Langit juga indah menemani perjalanan itu. Kota itu, 21.05 WIB kita menyentuh kota itu dengan seuntai senyum. Aku rasa begitu, tapi bagimu itu berarti atau ini hanya perasaanku sepihak saja. Aku enggan memikirkan sejauh itu, yang paling penting aku merasa bahagia bersamamu dikota itu.
Kita mencari sebuah alamat, perlahan dan kita tak temukan alamat tersebut malam itu, dan aku berjanji padamu sebelum pagi aku sudah tau alamat itu. Memang, jam 12 malam saja aku sudah berhasil.
Paginya kita pergi ke alamat yang kita cari semalam, dan aku menemanimu untuk mengikuti sebuah test pejerjaan. Lelah juga, menunggu untung beberapa kolega ku bekerja di sana, dan bisa menemaniku meski harus pergi lagi karena pekerjaannya. Hingga sore menjemput panasnya siang kota itu, semua selesai dan kita bisa berfikir untuk istirahat. Tapi sialnya kita, yang seharusnya beristirahat untuk pulang kembali ke kota kita. Tempat kita memilih beristirahat akan di tinggal seluruh penghuninya untuk kesibukan masing-masing.
Tercetus ide, untuk sedikit menikmati kota itu, berkendara sore juga baik d kota itu. Sampai pada akhirnya nonton jadi pilihan bijak kita sore itu. Film selesai seiring dengan azan magrib yang berkumandang di sekitar kita. Dan hati mulai berperang, saat sadar akan segera beranjak dari kota ini kembali ke kota kita.
Setelah segalanya dirasa beres, kita mulai perjalanan menuju kota yang mungkin memberikan tekanan lebih bagimu, mungkin juga bagi ku atau kita. Tapi bagaimanapun disanalah kehidupan kita, setidaknya saat ini. Kau dekap aku sepanjang perjalanan, sesekali aku kau tinggal tidur. Aku cukup menikmati perjalanan pulang itu, karna bersamamu dan kita bisa bercengkrama kecil di atas sepeda motor ku. Ditengah perjalanan serangan rasa lapar membuat mataku sedikit mengantuk dan kita beristirahat sambil makan malam di suatu tempat yang dikenal kebanyakan orang yang berjalan dari kota kita ke kota itu. Makan malam dengan muka belepotan debu dan asap, tapi dengan guratan senyum dan tawa riang. Yah, kita sangat menikmati malam itu.
Setelah acaraakan selesai, perjalanan pun kembali harus d selesaikan, karena waktu mulai mendesak kita segera berada di kota kita. Dua kota lagi sebelum sampai di kota kita adalah dua kota yang terkenal dengan udara dingin dan lembab. Dan kau mengaku sangat kedinginan, hingga mengalami mati rasa. Ah, aku tak bisa bantu apa-apa karena aku hanya punya sepeda motor.
Kau peluk aku kian erat guna melawan rasa dingin yang menyerangmu, dan aku biarkan itu kau lakukan.
Kira-kira hari memasuki tengah malam, saat kita berhasil sampai di kota kita dan aku mengantar mu ke rumah, walau sebenarnya masih ingin bersamamu. Perjalanan ini mungkin tak berarti untukmu, tapi bagiku bersamamu adalah sebuah anugrah yang dihadiahkan tuhanku padaku. Perjalanan ini ku beri judul "OJEK AKDP".