Hitungan hari tahun ini hanya tersisa beberapa hari saja. Tapi cerita tentang tahun baru sebenarnya tidak menarik bagiku. Aku lebih suka menikmati tahun baru dalam kesunyian, jauh dari hiruk pikuk suara ledakan petasan juga terasing dari riuh sorak sorai serta tiupan terompet yang sumbang di sekitar telingaku. Tepatnya aku tak mengharapkan adanya peringatan datangnya sebuah tahun baru, karena saat ku benar-benar sadar bahwa sebenarnya perayaan itu seperti menyorakkan hitungan mundur dalam kehidupan. Yah, tanpa kita sadari tahun baru telah memangkas sisa waktu kita d dunia ini. Tapi, tahun ini aku hilangkan semua pikiran tersebut. Dan secara iseng aku mengajakmu untuk menikmati perayaan tahun baru, yang pada akhirnya menjadi sebuah keinginan yang besar untuk menutup tahun ini dengan mu.
Saat keinginan itu makin besar, maka aku tak sadar kalau ternyata aku terkesan lebih memaksa mu, bukan mengajak. Mungkin benar saat itu aku kembali seperti anak usia belasan yang baru mengalami pubertas, tapi tak apalah yang penting aku bersama orang paling berharga di hidupku saat ini dan akan datang (semoga).
Dan saat hari terakhir tahun 2013 ini aku seperti mengalami kegalauan ala anak belasan tahun lagi, sikapmu penuh dengan tanda tanya. Pagi hingga siang sangat manis padaku, dan aku senang. Lalu beberapa hal di tempat kerjaku cukup membuat aku kesal, dan tentu saja di iringi kekesalan atas perubahan sikap mu. Yah, perubahan sikapmu dari sangat manis dan berubah menjadi seperti tak berminat menghabiskan momen pergantian tahun bersamaku, dan aku sedih. Sebelumnya aku tak pernah berharap untuk ikut terlibat perayaan tahun baru setelah beberapa tahun ini tak pernah ku ikuti lagi, tapi tiba-tiba saat ini aku berharap bisa ikut merayakan. Mungkin benar aku kasmaran, dan ingin menikmati segala hal bersama mu.
Setelah malam datang dan sedikit rengekan agar kamu mau melewati momen pergantian tahun bersamaku jadi kenyataan, kamu bersedia pergi bersamaku. Saat menjemputmu kerumah, ternyata kamu sengaja membuatku bingung dengan sikapmu sore harinya. Itu dapat ku tangkap dari kesiapan mu untuk pergi dan sedikit rengekanmu pada "ama" untuk dapat memaksa "ama" membiarkan kamu pergi menikmati perayaan tahun baru bersamaku. "thank's" gumamku dalam hati.
Waktu baru menunjukkan jam 9 malam, dan masih ada beberapa jam lagi menuju detik pergantian tahun. Aku mengajakmu kesebuah tempat ngopi di kota kita, dan aku membayar janjiku tentang sebuah tempat dimana kita bisa tertawa dan menangis atau apalah di tempat itu. Yah, sebuah meja di pojok jenjang rumah kopi tersebut pilihanku, jauh dari pengunjung lain dan suasana yang kuakui cukup romantis. Kita tertawa lepas disana dengan candaan sesuka hati kita, mengabaikan mereka yang berkeliaran lalu lalang di samping kita. Diantara mereka beberapa orang mengenali mu, dan kamu agak sedikit keki dengan hal itu. Tapi sepertinya itu tak mengurangi kesenangan mu malam itu, dan itu terpancar dari sorot matamu.
Saat mendekati waktu pergantian tahun mendekat, kita pun menuju pusat keramaian malam itu. Motorpun ku parkir lalu kita berjalan menembus sedikit kerumunan orang. Kamu menggandeng tanganku, dan saat itu aku merasa sangat amat bahagia. Beberapa foto serta beberapa menit rekaman pesta kembang api aku ambil, dan semuanya kamu. "Selamat tahun baru 2014, acuhkan segala caci dan gunjingan orang tentang ku, tentang mu, tentang kita. Karna yang benar-benar tahu tentang ku aku dan tentang mu kamu, tentang kita, sangat jelas kita berdua. Mari mulai sesuatu dari awal tahun ini. HAPPY NEW YEAR'S wen!"
Jumat, 03 Januari 2014
Tentangku, tentangmu dan tentang kita. 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar