28 tahun lalu, aku terlahir kedunia fana ini dari rahim mu. Aku di timang dan di rawat sepenuh hati serta tulus jiwa mu. Hari berganti, minggu, bulan bahkan tahunpun berlalu, ketulusan itu tak pernah luntur dan selalu sama. Bahkan untuk ketiga buah hati mu, aku serta dua adikku. Sebuah ketulusan tiada tara.
Sebagai anak sulung, aku minta maaf yang sebesar-besarnya atas segala kekecewaan yang ku guratkan di hati mu. Teramat dalam gores kesedihan di hatimu karena ulah ku. Dan aku tak pernah mampu menjadi panutan yang baik bagi adik-adik ku. Aku selalu pecahkan segala harapan yang engkau dambakan. Tak pernah mau dan menurut kata-katamu, bahkan sering ku remehkan semua wasiatmu. Meski jauh dalam hatiku, aku setuju apa yang engkau katakan itu benar dan baik untuk diriku.
Yah, beribu luka kekecewaan tak kunjung pudarkan ketulusanmu. Genangan serta tetesan air mata yang mengalir dimatamu, tak kuasa hanyutkan rasa cintamu untuk kami anak-anakmu. Darimulah kutemukan apa itu arti ketulusan, makna sesungguhnya kasih sayang, dan juga pelajaran tentang bagaimana itu setia.
Engkau bekerja dari pagi hingga sore, tapi tak mengabaikan status mu sebagai ibu rumah tangga dan seorang istri bagi suami mu. Kami adalah anak-anak paling beruntung di seluruh dunia ini.
Untuk seorang yang ku sebut "ama" aku berjanji, pada saatnya nanti takkan kusia-siakan dirimu. Hanya itu yang mampu ku janjikan, meski engkau tak mengharapkanku melakukan sesuatu untukmu. Yang engkau harapkan hanyalah kebahagiaan serta kesiapan ku untuk hidup dan kehidupanku. Tapi terlalu tak adil jika hanya terima kasih yang engkau terima dari semua yang telah engkau berikan.
Aku sayang "Ama" dan mungkin saat ini hanya coretan tak bermakna ini yang mampu ku haduahkan untukmu pada hari yang menurut manusia sedunia sebagai hari "ibu". Meski aku tak tahu makna dari pengkhususan hari ini sebagai hari ibu. Tapi dari sini aku pahami, bahwa setiap hari adalah hari ibu. Karena tidak hanya hari ini ibu di seluruh dunia menyiapkan sarapan untuk anak dan suaminya. Juga tidak hanya hari ini seorang ibu datang ke kamar anaknya untuk menidurkan anaknya sambil mengusap penuh kelembutan kepala sang anak.
Ama,, Selamat hari ibu.. Aku sayang ama, maaf sampai saat ini masih menyusahkanmu. Seharusnya aku sudah bisa menjadi Pandu-mu, tapi aku belum bisa. Terimakasih untuk tetesan air susu mu, keringat, kasih sayang, ketulusan, serta kesetiaan hatimu untuk ku. Terimakasih untuk aliran do'a mu yang tak hanya kau panjatkan setiap shalat wajibmu, tapi juga di waktu duha mu, serta tengah malam mu. Dan ku tahu, setiap do'a untukku diiringi tetesan air mata mu. Love you "ama".
Sabtu, 21 Desember 2013
Sepenggal coretan untuk "Ama"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar