Kamis, 22 Mei 2014

SIBUTUT TANGGUH KU

Motor tua ku, motor keluaran Honda dengan tipe CB 100 (K5) dengan tahun perakitan 1981. Awalnya motor ini kami miliki, beli dari seorang tentara pada oktober 1985 oleh papa, tepat nya saat aku masih berusia 6 bulan. Dan motor ini adalah benda pembelian pertama papa untuk keluarga kecilnya.
Motor ini memiliki banyak cerita dalam kehidupan keluarga ku. Karena motor butut itulah Papa Mama ku bisa masuk kantor tepat waktu, serta aku dan dua adik ku sampai ke sekolah tepat waktu. Ya, motor ini setiap paginya membawa lima orang. Hahahahaaa...
Begitulah hari demi hari dilalui oleh motor butut milik papa. Beban motor itu berkurang semenjak aku kelas 4 SD, dimana aku telah pergi ke sekolah dengan sepeda. Tapi mama dan dua adik ku tetap dempet-dempetan di pundak motor butut itu.
Ada banyak teman-temanku yang menertawakan melihat muatan motor tersebut, maklumlah memang terlihat kurang logis.
Dan motor itu juga mengguratkan beberapa kenangan tentang nenek mamaku yang sangat sayang padaku. Beberapa kali aku pergi bersama buyut ku itu dengan diantar papa ke kampung, kampung buyutku di Situjuh tidak terlalu jauh siyh dari tempat tinggal kami, dan buyutku sebenarnya sudah lama menetap di tempat kediaman kami sekarang, konon katanya sudah semenjak ia remaja, bersama saudara laki-lakinya. Dan suatu kali buyutku terjatuh dari motor saat hampir sampai di Situjuh, untung saja beliau tidak apa-apa. Dan saya akui beliau memang wanita super, meski sudah cukup tua untuk terjatuh dengan kepala terbentur ke jalan.
Yah buyutku wanita tahan banting, dan ia sudah terbiasa dengan rasa sakit sehingga ia tak pernah mengeluh sakit. Mungkin cerita tentang buyutku akan kutulis secara khusus karena cukup panjang.
Kembali pada motor butut ku, adik perempuanku sangat lama tergantung dengan si butut, Bahkan saat ia sekolah di SMK diantar jemput dengan motor itu. Bahkan ia sering menolak saat aku menawarkan menjemputnya dengan motor yang lain. Ternyata motor butut itu telah mencuri hatinya. Hahahahaha..
Dan beberapa tahun terakhir motor tersebut telah tidur cukup lama dalam gudang, Karena sekarang papa sudah punya motor dinas dan mobil, aku punya motor sendiri dan adik perempuanku juga dibelikan sepeda motor. Dan karena tidak terpakai, terbersit oleh papa keinginan untuk menjualnya. Untung papa cukup demokratis dan bertanya pada anak-anaknya, dan tak satupun dari kami yang setuju terutama adik bungsu ku, yang memang tidak di belikan motor karena masih kuliah di kota Malang.
Akhirnya, akhir 2013 saya putuskan memperbaiki motor tersebut dan di modifikasi lumayan banyak. Dan sekarang motor tua itu bergaya "Jap Style" masalah mesin sepertinya mendekati rampung meski pengapian belum diganti CDI (masih platina). Tapi cukup sehat untuk berjalan seharian. Ini terbukti saat aku melakukan penelitian ke kota Solok, jarak tempuh hariannya berkisar 140 KM per hari (Padang-Solok-Padang) selama 3 hari berturut-turut. Dan hari ke empat kira-kira 170 KM dalam sehari (Padang-Solok-Payakumbuh). Yang terakhir hari ini, dengan jarak tempuh 210 KM dalam sehari (Payakumbuh-Solok-Payakumbuh) ia tetap tidak bermasalah selama perjalanan ku. Aku bangga dengan motor bututku.
Sementara masalah fisik, mungkin tinggal di masalah cat. Belum terlintas seperti apa harus di buat, agar terlihat lebih bersih dan memukau.